Kehidupan
umumnya penuh dorongan dan minat yang menyebabkan adanya kebutuhan, dan
perjalanan kehidupan setiap orang berbeda menurut pola kehidupan masing-masing.
Seseorang yang pola kehidupannya berlangsung mulus, ia akan memiliki
perkembangan emosi yang stabil, tetapi
sebaliknya jika pola kehidupan seseorang tidak berlangsung mulus maka
perkembangan emosionalnya akan terganggu.
Seorang
remaja dalam merespon sesuatu selain dari penalaran dan pertimbangan obyektif
tetapi juga didorong oleh rasa emosional. Oleh karena itu untuk memahami remaja
tidak hanya perlu mengetahui apa yang ia lakukan dan pikirkan, tetapi juga
harus mengetahui apa yang mereka rasakan.
Pengertian
emosi secara lebih terperinci
1.
Pengertian
emosi
Perbuatan
kita sehari-hari selalu disertai dengan perasaan-perasaan tertentu yang disebut
dengan warna efektif, jika warna efektif tersebut kuat maka perasaan tersebut
akan lebih kuat,mendalam dan luas. Perasaan perasaan inilah yang disebut emosi.
Emosi
dan perasaan dua hal yang berbeda, tetapi perbedanya tidak dapat dinyatakan
dengan tegas sebab emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosi secara
kualitatif bekelanjutan yang tidak jelas batasnya,warna efektif dapat dikatakan
perasaan juga emosi, contohnya marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam.
Emosi
adalah warna efektif yang kuat yang ditandai perubahan fisik, antara lain
berupa:
1) Reaksi
elektris pada kulit : meningkat jika merespon.
2) Peredaran
darah : cepat bila marah.
3) Denyut
jantung : cepat bila tekejut.
4) Pernapasan
: panjang kalau kecewa.
5) Pupil
mata : membesar bila marah.
6) Liur
: mongering kalau takut.
7) Bulu
roma : berdiri kalu takut.
8) Pencernaan
: mencret kalu tegang.
9) Otot
: geraka-gerakan tubuh yang tidak terkendali bila marah.
10) Komposisi
darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam emosional karena
kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2.
Karakteristik
perkembangan emosi
Masa
remaja dianggap sebagai masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Dan dalam masa ini sebagian besar remaja
mengalami ketidakstabilan sebagai usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku
baru dan harapan sosial baru.
Pola
emosi remaja sama dengan kanak-kanak tetapi perbedaanya terletak pada macam,dan
derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya,dan khususnya pengendalian yang
dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Remaja
sendiri menyadari bahwa aspek aspek emosional dalam kehidupan adalah penting.
Berikut pembahasan beberapa kondisi emosional :
a) Cinta/kasih
sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adalah kepastian dicintai dan mencintai. Dan
walaupun remaja bergerak kedunia pergaulan yang luas tetapi mereka tetap butuh
kasih sayang dari rumah, walaupun seringkali kebutuhan akan perasaan itu
disembunyikan secara rapi. Remaja yang terang-terangan nakal kemungkinan
disebabkan kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
b) Gembira
Perasaan
gembira akan dialami apabila sesuatunya berlangsung dengan baik dan remaja akan
mengalami kegeembiraan jika ia diterima menjadi sahabat atau mendapatkan
balasan cinta dari yang dicintainya.
c) Kemarahaan
dan permusuhan
Rasa
marah merupakaan gejala yang penting dalam perkembangan kepribadian, karena
melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan
minat-minatnya sendiri.
Dalam
upaya memahami remaja, ada empat faktor
yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah, antara lain yaitu :
·
Perasaan marah berhubungan dengan usaha
manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi diri sendiri, selama remaja fungsi
marah terutama untuk melindungi haknya dan menjamin hubungan antara dirinya
dari pihak yang berkuasa
·
Jika seorang remaja marah, maka akan
mempunyai sisa-sisa kemarahan dalam bentuk sikap permusuhan. Dan sikap-sikap permusuhan
mungkin tampak dalam cara-cara yang bersifat pura-pura.
·
Kadang perasaan marah sengaja
disembunyikan dan kadang tampak samr-samar
·
Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya
sendiri.
d) Ketakutan
dan kecemasan
Memasuki
masa remaja berarti mengalami serangkaian perkembangan yang mempengaruhi pasang
surut berkenaan dengan rasa ketakutannya dan rasa ketakutan kadang baru muncul
karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan
perkembangan remaja itu sendiri.
Remaja
seperti halnya anak-anak dan orang dewasa seringkali berupaya mengatasi rasa
takutnya dari persoalan hidup, namun tidak ada seorangpun yang hidup tanpa rasa
takut, dan satu-satunya cara untuk menghindari rasa takut yaitu menyerah
terhadap rasa takut.
Biehler
(1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia yaitu:
·
Ciri-ciri emosional remaja usia 12 – 15
tahun
1) Anak
cenderung murung dan tidak dapat diterka. Kemurungan ini biasanya disebabkan
oleh kemataangan seksual dan perubahan
bilogis serta adanya kebingungan dalam
menghadapi apakah ia masih anak-anak atau dewasa.
2) Remaja
berlaku kasar untuk menutupi kekurangannya dalam hal rasa percaya diri.
3) Sering
terjadi ledakan-ledakan kemarahaan, hal ini disebabkan oleh kombinasi
ketegangan psikologis, ketidakseimbangan biologis, dan kelelahan.
4) Seorang
remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkaan pendapatnya
sendiri. Hal ini disebabkan remaja mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban
absolute dan bahwa mereka mengetahuinya.
5) Remaja
mulai mengamati orangtua dan guru-guru mereka secara lebih obyektif dan akan
marah jika mereka ditipu dengan gaya serba tahu.
·
Ciri-ciri emosional remaja usia 15 – 18
tahun
1) Cenderung
memberontak , hal ini merupakan ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak
ke dewasa.
2) Sering
mengalami konflik. Mereka mungkin mengharapkan simpati dan nasehat dari
orangtua aau guru.
3) Sering
melamun, memikirkan masa depan mereka
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi
Faktor
kematangan dan faktor belajar terjalin erat dalam mempengaruhi perkembangan
emosi anak. Perkembangan yang berpengaruh pada emosi anak yaitu perkembangan
intelektual meliputi pemahaman, pengertian dalam waktu yang lebih lama dan
perkembangan kelenjar endokrin untuk mematangkan perilaku emosional. Untuk
menunjang perkembangan emosi dilakukan kegiatan belajar. Beberapa metode
belajar berikut yang menunjang perkembangan emosi yaitu:
1. Belajar
dengan coba-coba
Cara
ini untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku dalam menyaring kepuasan ataupun
ketidakpuasan yang di rasakan.
2. Belajar dengan cara meniru
Perilaku
ini akan membangkitkan emosi tertentu ,anak-anak bereaksi dengan emosi dan
metode ekspresi dengan orang yang diamatinya.
3. Belajar
dengan mempersamakan diri
Anak
menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan orang yang
ditiru.
4. Belajar
melalui pengkondisian
Dengan
metode ini mulanya akan gagal memancing reaksi emosional,kemudian akan berhasil
dengan cara asosiasi. Karena anak kecil kurang mampu menalar dan kurang
pengalaman sehingga pemikiran mereka terbatas hingga perkembangan anak suka
atau tidah suka.
5. Belajar
di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak
diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang
dengan pelatihan anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang membangkitkan
emosi menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Pengaruh emosi lain yang bertujuan
untuk memperhalus ekspresi kemarahan anak pada masa peralihan yaitu ketika
anak-anak akan beranjak remaja. Bukti adanya pengaruh bertahap adalah dimana
emosi yang bersifat umum beralih ke emosi yang bersifat individu. Ketika masa
remaja akan berakhir cara kita untuk memahaminya tidak melihan yang ia
kemukakan namun yang dia sembunyikan kita harus bisa memahaminya. Itu
dikarenakan mereka telah mampu menyembunyikan perasaannya dan hal itu sudah di
ajarkan sejak masa kanak-kanak. Seperti tidak boleh menangis di depan
umum,tidak menunjukan rasa marah secara berlebihan ataupun mengungkapkan rasa
cinta yang mereka rasakan.
Keadaan yang demikian adalah dimana
para remaja melihat kondisi kehidupan. Mereka akan menyembunyikan perasaan
tersebut kepada orang lain bahkan dia tak dapat merasakannya lagi. Para remaja
terkadang merasa ragu dengan apa yang dia pikikan dan ia rasakan karena tidak
mampu menghayati perasaan mereka. Kondisi tersebut membawa perubahan untuk
menyatakan emosi tersebut.
Untuk pengalaman emosionalnya
berkembang mereka membutuhkan perangsang yang memadai. Pada akhirnya ia harus
menyesuaikan tingkah laku dengan apa yang terjadi padanya. Pengaruh perubahan
emosional adalah bertambahnya umur,pengetahuan,pemanfaatan media masa dan
pengalaman.
4. Hubungan antara emosi dan
tingkah laku pengaruh emosi terhadap tingkah laku
Banyak respon tubuh yang terjadi
ketika emosi muncul seperti menghambat pencernaan saat hal yang tidak
menyenangkan terjadi sebaliknya pada saat menenangkan tubuh menjadi relaks
pencernaan tidak akan terhambat.
Hal yang sering terjadi pada saat
emosi yang tidak stabil menyebabkan meningkatnya kegiatan kelenjar sekresi dari
getah lambung seperti ketakutan kronis,kegembiraan yang berlebihan kecemasan
dan kekawatiran. Kejadian seperti itu akan menyebabkan turunnya kegiatan system
pencernaan. Maka dari itu hal seperti itu harus menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi. Gangguan emosi juga
berpengaruh dalam kesulitan berbicara dan jika ketegangan emosional cukup lama
akan menyebabkan seseorang gagap. Oleh karena itu emosi yang berlebihan
hendaknya di hindari agar tidak terjadi hal semacam itu.
Emosi setiap orang berbeda oleh
karena itu kita harus menyikapi mereka dengan cara khusus agar setiap individu
terangsang timbulnya emosi tertentu. Penderitaan emosional dan frustasi pada
seorang siswa mempengaruhi efektivitas belajar. Motivasi akan mendorong para
siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif karena mereka perlu semangat dalam belajar.
Motivasi juga berguna untuk memusatkan perhatian pada apa yang sedang ia
kerjakan. Apabila mereka menerima rangsangan yang tidak menyenangkan akan
mempengaruhi hasil belajar yang tidak memuaskan, sebaliknya jika mereka
menerima rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.
5. Perbedaan individual dalam
perkembangan emosi
Emosi mempunyai perbedaan dalam segi
frekuensi,intensitas,jangka waktu,macam emosi dan pemunculannya meskipun perkembangan
emosi dapat di ramalkan. Semua emosi diekspresikan secara lunak hal itu di
karenakan anak telah memahami reaksi dari orang lain. Bila anak-anak mengekang
sebagian ekspresi emosi mereka akan bertahan lebih lama di bandingkan dengan ekspresi emosi yang berlebihan. Maka dari itu
ekspresi emosi mereka berbeda-beda.
Penyebab perbedaan itu meliputi
keadaan fisik,taraf kemampuan intelektualnya dan kondisi lingkungan. Anak yang
sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
Dan jika bersosialisasi anak pandai lebih emosional pada berbagai macam
rangsangan dibandingkan anak yang kurang pandai. Namun sebaliknya mereka
cenderung mampu mengendalikan ekspresi emosi. Dan jika dibandingkan dalam
kelompok keluarga anak laki-laki lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka.
Cara permisif atau demokratis lebih
baik dibandingkan mendidik dengan cara otoriter karena akan menimbulkan rasa
takut dan cemas pada diri anak tersebut.
6.
Upaya
pengembangan emosi remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Usaha yang mampu dilakukan oleh para
guru agar siswa tidak cenderung melamun adalah konsisten dalam pengolaan kelas
dan memberlakukan siswa seperti orang dewasa yang mempunyai rasa tanggung
jawab. Agar bisa menenangkan siswa yang bertingkah laku kasar dengan mendorong
mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Namun kita juga harus waspada dengan
siswa yang ambisius,berpendirian keras dan kaku. Misalnya dengan cara bijaksana
dan lemah lembut ataupun mengubah pokok pembicaraan. Jika kemarahan siswa tidak
reda minta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan.
Kebanyakan guru di SMA terperangkap
oleh kemampuan siswa yang baru menemukan kelemahan orang dewasa. Cara untuk
mengatasi kebebasan dari remaja adalah dengan meminta siswa mendiskusikan atau
menulis tentang perasaan mereka yang negatif untuk pengendalian dirinya. Karen hidup di masyarakat harus menghormati satu
sama lain.
Para siswa terutama laki-laki sering
melakukan pemberontakan kepada guru
mereka. Ada beberapa cara untuk mengatasinya yaitu mencoba mengerti mereka
ataupun melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
dalam berprestasi. Sebagai guru kita harus terampil dalam melakukan sesuatu
walaupun dengan cara yang terbatas. Dengan demikian akan mengurangi
pemberontakan yang dilakukan siswa.
Sebenarnya remaja berada dalam
keadaan yang membingungkan. Karena mereka masih dalam tanggung jawab orang tua
namun mereka juga harus bersikap mandiri untuk menjadi dewasa. Maka dari itu
sering terjadi perselisihan dengan orang tua. Dengan perselisihan tersebut akan
membuat jurang yang lebih besar dengan orang tua.Seorang guru harus mempunyai
rasa simpatik terhadap siswanya karena kejadian seperti diatas memerlukan
perhatian dari orang lain. Karena siswa cenderung perlu menceritakan masalah
tersebut kepada orang lain.
Para siswa SMA tidak hanya
memikirkan tugas saja tetapi juga memikirkan hal lain di luar kegiatan sekolah.
Dan salah satu yang membingungkan seorang guru apa bila siswanya “memimpikan
kejayaan” namun tidak memiliki kemampuan yang cukup. Sebagai seorang guru tidak
ingin siswanya putus asa maka dari itu kita harus terus memotivasinya agar
menerima apa yang terjadi dalam kehidupan atau dengan menyarankan agar memilih
tujuan lain yang bisa mereka capai. Dan juga memotivasi mereka agar lebih
menghargai berbagai macam profesi dari yang teratas hingga terbawah. Dan
meyakinkan mereka bahwa semua pekerjaan bermanfaat apabila di kerjakan dengan
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.