BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin”processus” yang berarti “berjalan kedepan”.Kata ini mempunyai
konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.Menurut Chaplin(1972),proses
adalah any change in any object or organism particulary a
behavioral or psychological change (proses adalah perubahan yang menyangkut
tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam psykologi belajar
,proses berarti cara atau langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapainya hasil –hasil tertentu (Reber,1988).Jadi proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,afektif dan psikomotor yang terjadi
dalam diri siswa.perubahan itu positif
dalam arti berorientasi kearah
yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda
atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari
suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar.
Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan
secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa
belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam
proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya.Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori – teori yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji teori belajar proses pengolahan informasi.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya.Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori – teori yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji teori belajar proses pengolahan informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam
kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya
jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja
seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara
pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang
mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon
stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar kognitif
menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar,
mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di
dalam pikirannya secara efektif.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah
pengertian teori proses pengolahan informasi menurut para tokoh?
b. Bagaimanakah
diagram pemrosesan informasi?
c. Bagaimanakah
penerapan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
d. Bagaimanakah
strategi yang
membantu siswa dalam belajar?
1.3 Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian teori proses pengolahan informasi menurut para tokoh.
b. Untuk
mengetahui diagram pemrosesan informasi.
c. Untuk
mengetahui cara penerapan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran.
d. Untuk
mengetahui strategi yang membantu siswa dalam belajar.
1.4 Manfaat
a.
Hasil penulisan karya ilmiah ini berguna
untuk lebih memahami tentang teori
pembelajaran pemrosesan informasi yang merupakan bagian dari teori sibernetik,
memahami pengertian serta pendekatan yang terdapat di dalamnya.
b.
Membantu Guru dalam menangani proses
penerimaan Informasi dalam pembelajaran.
c.
Membantu siswa dalam memproses
informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Proses
Pengolahan Informasi Menurut Para Tokoh.
A. Pandangan Robert M
Gagne
Menurut Robert M
Gagne,belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya
berupa condition of learning.Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan
modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai
dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori
proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori
informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan
menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat
persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini
mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.
Gagne pelopor dalam
instruksi pembelajaran yang .Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua
tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale
mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert
Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran
dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi
semakin hidup. Robert Gagne merupakan
salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah
proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta
mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari
teori pemrosesan informasi Robert M
Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
a. Motivasi
b. pemahaman
c. pemerolehan
d. penyimpanan
e. ingatan
kembali
f. generalisasi
g. perlakuan
h. umpan
balik.
B. Pandangan Slavin (2000)
Teori pemrosesan informasi adalah
teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi
belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak
melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh
informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan
menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang
sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses
terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat
informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi
penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu
informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu
untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam
kesadaran, (Slavin, 2000: 176).Interpretasi seseorang terhadap rangsangan
dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti
penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa
lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.Informasi yang dipersepsi
seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem
memori, yaitu memori jangka pendek.Memori jangka pendek adalah sistem
penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu
cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan
tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.
C. Tulving (1993) dalam
(Slavin, 2000: 181)
Membagi memori jangka panjang
menjadi tiga bagian:
a.
Memori episodik, yaitu bagian memori jangka
panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.
b.
Memori semantik, yaitu suatu bagian dari
memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
c.
Memori prosedural adalah memori yang
menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
D. Pandangan Ausubel
(1968)
Ausubel mengemukakan
bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah
dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata
didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih
umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah
perolehan pengetahuan baru yang rinci Proses pengolahan informasi dalam ingatan
dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan
informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan
terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran
bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke
informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.
Teori belajar
pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal
yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran
sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal
dalam kegiatan belajar adalah :
a.
Menarik perhatian.
b.
Memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa.
c.
Merangsang ingatan pada pra syarat
belajar.
d.
Menyajikan bahan peransangan.
e.
Memberikan bimbingan belajar.
f.
Mendorong unjuk kerja.
g.
Memberikan balikan informative.
h.
Menilai unjuk kerja .
i.
Meningkatkan retensi dan alih belajar
Keunggulan strategi pembelajaran yang
Berpijak pada teori pemrosesan informasi :
a.
Cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol.
b.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek.
c.
Kapabilitas belajar dapat disajikan
lebih lengkap.
d.
Adanya keterarahan seluruh kegiatan
belajar kepada tujuan yang ingin dicapai .
e.
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan
yang sesungguhnya.
f.
Kontrol belajar memungkinkan belajar
sesuai irama masing-masing individu ‘
g.
Balikan informativ memberikan
rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan
dengan unjuk kerja yang diharapkan.
E. Pandangan
Zigler dan STevenso (1993 )
Teori pemrosesan
informasi didasarkan atas tiga asumsi
umum,pertama pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan
pengembalian informasi.Kedua individu-individu memproses informasi dari
lingkungannya,dan yang ketiga terdapat keterbatasan pada kapasitas memproses
informasi dari seorang individu.
Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih
menekankan kepada bagaimana individu
memproses informasi tentang dunia mereka ,bagaimana informasi itu masuk kedalam
fikiran dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana
asumsi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang
komplek seperti memecahkan masalah dan berfikir.jadi inti dari pendekatan
pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berfikir.menurut
pendekatan ini anak didik secara bertahap mengembangkan kapasitan memperoleh
informasi dan secara bertahap pula mereka mereka mendapatkan pengetahuan dan
keahlian yang komplek.
2.2 Diagram Pemrosesan Informasi
Teori belajar kognitif
memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama
unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari
luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi
Teori belajar yang cocok
serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan adalah suatu teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan
‘Information Processing Learning Theory’.
Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia
di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori
belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau
‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya
oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu:
sensory memory atau Memori Inderawi (MI),Memori
Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory.
Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi
berikut ini:.
Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses
dan disimpan dalam tiga tahap.Menunjukkan
titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis
putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal.
Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan
udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di
dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu
diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem
penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut
diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka
panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam
memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi
bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat
informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena
interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser
oleh informasi lain.
Ada
dua bentuk pelancaran dalam
membangkitkan ingatan, yaitu:
- pelancaran
proaktif = Seseorang mengingat informasi
sebelumnya apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang
sama.
b. pelancaran
retroaktif = Seseorang mempelajari informasi baru akan
memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari
Memori Inderawi (MI)
Sebagaimana terlihat pada
diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima
manusia melalui panca inderanya. Informasi
tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak
lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan
hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan
informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca
indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau
‘ingatan inderawi’.
Berdasar pada apa yang
dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan
yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya
dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai
ingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan
tadi, Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di
dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaan
penting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana
caranya agar informasi atas keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu
saja dari ingatan siswa?
Pertama ,orang biasanya
memperhatikan rangsangan jika rangsangan
tersebut mengandung sesuatu yang menarik perhatian .maka sebagai guru kita
mungkin membuat respon yang terorientasi
jika rangsangan dihadirkan.
Kedua, orang lebih memperhatikan
jika rangsangan melibatkan pola yang dikenal.sejauh ini kita memancing pikiran
siswa lebih dulu sebelum kita memulai presentasi.Kita dapat mengambil
keuntungan dari prinsip ini.
Memori Jangka Pendek (MJPd)
Suatu informasi baru yang mendapat
perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka.
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai MJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay
attention to a stimulus, the informations
represented by that stimulus goes into short-term memory or working memory.” Jelaslah bahwa MJPd
adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, MJPd
tidak akan terbentuk di dalam otak siswa
tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd
ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh
lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai
akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi
sangat penting untuk diketahui para guru dan
diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama
proses pembelajaran di kelasnya.
Sekali lagi, perhatian para
siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi
yang disampaikan para guru tersebut.
Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan,
di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru
pada saat yang tepat sudah seharusnya
mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak
hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya
ribut, mencatat hal dan contoh penting di
papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi
essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi,
memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga
merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun
hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana
menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan
memperhatikan para gurunya selama proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Memori
Jangka Panjang (MJPJ)
Mengapa Ibukota Indonesia
jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan
bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut dan
didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi,
ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar
sudah tersimpan di dalam MJPJ
Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ
ini sulit untuk hilang, sehingga Jakarta
dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ
adalah MJPJ
yang mendapat pengulangan. Kata lainnya MJPJ
tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di
kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang
akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama.
Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang
menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain
pengulangan atau latihan, beberapa hal penting
yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
- Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada
sesuatu yang tidak dipahaminya.
Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan
51.408.791 karena bilangan pertama sudah
dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI
pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi
17–08–1945.
- Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah
diingat siswa daripada hal-hal yang
belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit
daripada mengingat bilangan berikut yang
sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
- Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada
sesuatu yang tidak menarik
hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di
depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu
mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran
yang tidak menarik perhatian mereka dapat
menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.
2.3 Penerapan Teori Pemrosesan
Informasi Dalam Pembelajaran
Pada
hakikatnya model pembelajaran dengan pemprosesan/pengolahan informasi
didasarkan pada teori belajar kognitif.Model pembelajaran tersebut berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki
kemampuan belajar siswa.Pemrosesan/pengolahan informasi menunjuk kepada
cara-cara mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah serta
menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal.Model tersebut berkenan dengan
kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan
dengan kemampuan intelektual umum.
Model
proses informasi meliputi beberapa strategi pembelajaran, yaitu:
Mengajar
induktif, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
a. Latihan
inquiry; tujuan dan prinsipnya sama dengan strategi mengajar induktif, bedanya
hanya terletak pada segi proses mencari dan menemukan informasi yang
diperlukan.
b. Inquiry
keilmuan; bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu,
dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam domain-domain lainnya.
c. Pembentukan
konsep; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif,
mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
d. Model
pengembangan; bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir
logis, disamping untuk mengembangkan aspek sosial dan moral.
e. Advanced
organizer model; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi
yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara
bermakna.
Model
proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan
informasi, yaitu sebagai berikut :
a. Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
b. Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c. Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
a. Motivasi
b. Pemahaman
c. Pemerolehan
d. Penyimpanan
e. Ingatan
kembali
f. Generalisasi
g. Perlakuan
h. Umpan
balik
Teori
belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses
internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan
dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai
peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan
kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan
tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara
eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan
belajar adalah:
a.
Menarik perhatian
b.
Memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa
c.
Merangsang ingatan pada prasyarat
belajar
d.
Menyajikan bahan perangsang
e.
Memberikan bimbingan belajar
f.
Mendorong unjuk kerja
g.
Memberikan balikan informatif
h.
Menilai unjuk kerja
i.
Meningkatkan retensi dan alih belajar
2.4 Strategi Yang Membantu Siswa Dalam
Belajar
A.
Strategi pembelajaran daya ingat
Salah satunya adalah dengan
Pembelajaran verbal. Pembelajaran verbal Adalah pembelajaran kata-kata (atau
fakta yang diungkapkan dalam kata-kata). Dalam banyak studi, misalnya siswa
diminta mempelajari daftar kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.
Ada tiga jenis tugas pembelajaran
verbal yang biasanya dilihat diruangan kelas seperti:
a. Pembelajaran
pasangan-berkaitan (paired-associate learning)
Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu
anggota pasangan ketika diberikan anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada
suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh pendidikan tugas pasangan-berkaitan
meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama dan tanggal perang saudara,
table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.
Dalam pembelajaran pasangan-berkaitan, siswa harus
menghubungkan tanggapan dengan masing-masing rangsangan. Misalnya, kepada siswa
tersebut diberikan gambar tulang (rangsangan) dan harus menjawab tulang kering,
atau diberikan symbol Au dan harus menjawab emas. Salah satu aspek penting
pembelajaran rangsangan berkaitan ialah tingkat pengenalan yang telah dimiliki
siswa dengan rangsangan dan tanggapan tersebut.
Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu
mengingat hubungan. Salah satu metode kuno untuk meningkatkan daya ingat dengan
menggunakan gambaran ialah penciptaan cerita-cerita untuk menggabungkan
informasi. Misalnya gambar-gambar dari mitos yunani dan sumber-sumber lain yang
telah lama digunakan untuk membantu orang mengingat peta bintang.
b. Pembelajaran
serial (serial learning)
Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan
tertentu. Penghafalan not dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur dalam
susunan berat atom, dan puisi serta lagu adalah tugas-tugas pembelajaran
serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam pengajaran di ruang kelas dari
pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.
c. Tugas
pembelajaran ingatan bebas (free-recall learning)
Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam
urutan khusus. Mengingat nama ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenis-jenis
rangsangan, jenis-jenis penggalan baris puisi, dan system organ dalam tubuh
adalah tugas-tugas ingatan bebas.
B. Strategi Yang
Membantu Siswa Dalam Belajar
a. Membuat Catatan
Strategi studi umum yang digunakan dalam membaca maupun dalam
belajar dari pengajaran dikelas ialah membuat catatan. Pembuatan catatan dapat
efektif untuk jenis bahan tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan
gagasan-gagasan utama dalam pikiran, karena seseorang mengambil keputusan
tentang apa yang harus ditulis. Namun efek pembuatan catatan ditemukan tidak
selalu konsisten. Efek positif paling mungkin diperoleh apabila pembuatan
catatan digunakan untuk bahan konseptual yang rumit dimana tugas yang sangat
penting ialah mengindentifikasi gagasan-gagasan utama. Juga, pembuatan catatan
yang memerlukan pengolahan mental akan lebih efektif dari pada sekedar
menuliskan apa yang dibaca. Misalnya Bretzing dan Khulhavy menemukan bahwa
membuat catatan paraphrase (menyebutkan gagasan utama dengan kata-kata yang berbeda)
dan membuat catatan sebagai persiapan untuk mengajarkan bahan tersebut kepada
orang lain adalah strategi pembuatan catatan yang efektif, karena hal itu
meminta tingkat pengolahan mental yang tinggi tentang informasi tersebut.
Salah satu sarana yang kelihatannya efektif untuk
meningkatkan nilai pembuatan catatan siswa ialah agar guru menyediakan catatan
sebagian sebelum pengajaran atau membaca, dengan memberi siswa
kategori-kategori untuk mengarahkan pembuatan catatan mereka sendiri. Beberapa
studi telah menemukan bahwa praktik ini meningkatkan pembelajaran siswa.
b. Menggaris bawahi
Barangkali strategi studi yang paling umum ialah
menggarisbawahi atau memberi stabilo. Namun, riset tentang penggarisbawahan
pada umumnya menemukan sedikit manfaat. Persoalannya ialah bahwa kebanyakan
siswa tidak berhasil mengambil keputusan tentang bahan mana yang dianggap
penting dan benar-benar menggarisbawahi terlalu banyak. Ketika siswa diminta
menggarisbawahi satu kalimat dalam masing-masing paragraph yang merupakan yang
terpenting, mereka malah mengingat lebih banyak, barangkali karena untuk
memutuskan mana kalimat yang penting diperlukan tingkat pengolahan yang lebih
tinggi.
c. Meringkas
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat
singkat yang menggambarkan gagasan utama informasi yang sedang dibaca.
Keefektifan strategi ini bergantung pada bagaimana hal itu digunakan. Salah
satu cara yang efektif ialah meminta siswa menuliskan ringkasan satu kalimat
setelah membaca masing-masing alenia. Cara lainnya ialah meminta siswa
menyiapkan ringkasan yang dimaksudkan untuk membantu orang-orang lain
mempelajari bahan tersebut-sebagian karena kegiatan ini memaksa orang yang
meringkas untuk singkat dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apa yang
penting dan apa yang tidak. Namun, penting dicatat bahwa beberapa studi tidak
menemukan efek ringkasan, dan dalam kondisi apa strategi ini meningkatkan
pemahaman atau daya ingat tentang bahan yang ditulis tidak dipahami dengan
baik.
d.
Menulis untuk belajar
Makin banyak himpunan bukti mendukung
gagasan bahwa, dengan meminta siswa menjelaskan secara tertulis isi yang mereka
pelajari, mereka akan tentu memahami dan mengingatnya. Misalnya meminta anak
kelas enam dalam suatu pelajaran pengetahuan alam tentang keadaan zat menuliskan
pemahaman mereka tentang konsep dalam beberapa unit tersebut. Kelompok yang
menulis tersebut mengingat jauh lebih banyak hingga ujian. Studi ini dan yang
lainnya menemukan bahwa tugas penulisan yang terfokus membantu anak-anak
mempelajari isi yang sedang mereka tuliskan.
e.
Membuat garis besar dan memetakan
Kelompok strategi studi terkait memerlukan siswa
menggambarkan bahan yang dipelajari dalam bentuk kerangka. Strategi ini
meliputi pembuatan garis besar, jejaring dan pemetaan. Garis besar menyajikan
butir-butir utama bahan tersebut dalam format herarkis, dengan masing-masing
penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang lebih tinggi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pemrosesan
informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan bahwa belajar merupakan
seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu yang merupakan
hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di
lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah teori ini akan membantu
kita untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik,
mengerti kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengetahui hal-hal
yang dapat menghambat dan memperlancar proses belajar peserta didik, sehingga
dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih bijaksana dan tepat dalam
menentukan proses belajar.
b. Ada
banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pemrosesan informasi yaitu Robert M
Gagne, B. Pandangan Slavin, Ausubel, dan Zigler dan STevenso.
c. Diagram
pemrosesan informasi terdiri atas tiga macam ingatan yaitu:
sensory memory atau Memori Inderawi (MI),Memori
Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory
d.
Strategi
pembelajaran daya ingat terbagi menjadi 3 yaitu: Pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial, dan
pembelajaran ingatan bebas. Sedangkan strategi yang membantu siswa dalam
belajar terbagi menjadi 5 yaitu: membuat catatan, menggarisbawahi, meringkas,
menulis untuk belajar, serta membuat garis besar dan memetakan
3.2 Saran
Dengan
memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para
pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan
suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan
motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta
kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik,
jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik
untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
LAMPIRAN
Diagram pemrosesan Informasi.
bagus gan,, numpang ngopy zaw
BalasHapussipt sama2,, moga brmanfaat z
BalasHapusizin copy
BalasHapus