Senin, 08 April 2013

Teori Proses Pengelolahan Informasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
      Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin”processus” yang berarti “berjalan kedepan”.Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran  atau tujuan.Menurut Chaplin(1972),proses adalah any change  in any object or organism particulary a behavioral or psychological change (proses adalah perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam psykologi belajar ,proses berarti cara atau langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil –hasil tertentu (Reber,1988).Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku  kognitif,afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.perubahan itu positif  dalam arti berorientasi  kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya.Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori – teori yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji  teori belajar proses pengolahan  informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah pengertian teori proses pengolahan informasi menurut para tokoh?
b.      Bagaimanakah diagram pemrosesan informasi?
c.       Bagaimanakah penerapan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
d.      Bagaimanakah strategi yang membantu siswa dalam belajar?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian teori proses pengolahan informasi menurut para tokoh.
b.      Untuk mengetahui diagram pemrosesan informasi.
c.       Untuk mengetahui cara penerapan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran.
d.      Untuk mengetahui strategi yang membantu siswa dalam belajar.


1.4  Manfaat
a.       Hasil penulisan karya ilmiah ini berguna untuk lebih memahami  tentang teori pembelajaran pemrosesan informasi yang merupakan bagian dari teori sibernetik, memahami pengertian serta pendekatan yang terdapat di dalamnya.
b.      Membantu Guru dalam menangani proses penerimaan Informasi dalam pembelajaran.
c.       Membantu siswa dalam memproses informasi.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Proses Pengolahan Informasi Menurut Para Tokoh.
A. Pandangan Robert M Gagne
Menurut Robert M Gagne,belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan  Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning.Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.
Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang .Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.  Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi  Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
a.       Motivasi
b.      pemahaman
c.       pemerolehan
d.      penyimpanan
e.       ingatan kembali
f.       generalisasi
g.      perlakuan
h.      umpan balik.

B. Pandangan Slavin (2000)
            Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek.Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.

C. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181)
Membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian:
a.       Memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.
b.      Memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
c.       Memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.


D. Pandangan Ausubel (1968)
Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah :
a.       Menarik perhatian.
b.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
c.       Merangsang ingatan pada pra syarat belajar.
d.      Menyajikan bahan peransangan.
e.       Memberikan bimbingan belajar.
f.       Mendorong unjuk kerja.
g.      Memberikan balikan informative.
h.      Menilai unjuk kerja .
i.        Meningkatkan retensi dan alih belajar Keunggulan strategi pembelajaran yang

Berpijak  pada teori pemrosesan informasi :
a.       Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
b.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek.
c.       Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
d.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai .
e.       Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
f.       Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu ‘
g.      Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.


E. Pandangan Zigler dan STevenso (1993 )
Teori pemrosesan informasi  didasarkan atas tiga asumsi umum,pertama pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi.Kedua individu-individu memproses informasi dari lingkungannya,dan yang ketiga terdapat keterbatasan pada kapasitas memproses informasi dari seorang individu.
     Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami  bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan kepada bagaimana  individu memproses informasi tentang dunia mereka ,bagaimana informasi itu masuk kedalam fikiran dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana asumsi  diambil kembali  untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang komplek seperti memecahkan masalah dan berfikir.jadi inti dari pendekatan pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berfikir.menurut pendekatan ini anak didik secara bertahap mengembangkan kapasitan memperoleh informasi dan secara bertahap pula mereka mereka mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang komplek.

2.2 Diagram Pemrosesan Informasi
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi
Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan  adalah suatu teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Memori Inderawi (MI),Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka  Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:.
                                                               

Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam tiga tahap.Menunjukkan  titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal. Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam  memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
Ada dua  bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:
  1. pelancaran proaktif          = Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.
b.    pelancaran retroaktif     = Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari

            Memori Inderawi (MI)
Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.
Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai ingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaan penting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?
Pertama ,orang biasanya memperhatikan rangsangan  jika rangsangan tersebut mengandung sesuatu yang menarik perhatian .maka sebagai guru kita mungkin membuat respon  yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan.
Kedua, orang lebih memperhatikan jika rangsangan melibatkan pola yang dikenal.sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.
     
Memori  Jangka Pendek (MJPd)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai MJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, the informations represented by that stimulus goes into short-term memory or working memory.” Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya.
Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.

                  Memori Jangka Panjang (MJPJ)
Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi, ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar sudah tersimpan di dalam MJPJ Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulit untuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalah MJPJ yang mendapat pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
  1. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada sesuatu yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
  2. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
  3. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.

2.3 Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemprosesan/pengolahan informasi didasarkan pada teori belajar kognitif.Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa.Pemrosesan/pengolahan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal.Model tersebut berkenan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum.
Model proses informasi meliputi beberapa strategi pembelajaran, yaitu:
Mengajar induktif, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
a.       Latihan inquiry; tujuan dan prinsipnya sama dengan strategi mengajar induktif, bedanya hanya terletak pada segi proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
b.      Inquiry keilmuan; bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam domain-domain lainnya.
c.       Pembentukan konsep; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
d.      Model pengembangan; bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, disamping untuk mengembangkan aspek sosial dan moral.
e.       Advanced organizer model; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
a.       Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
b.      Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c.       Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
a.       Motivasi
b.      Pemahaman
c.       Pemerolehan
d.      Penyimpanan
e.       Ingatan kembali
f.       Generalisasi
g.      Perlakuan
h.      Umpan balik
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah:
a.         Menarik perhatian
b.         Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
c.         Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
d.        Menyajikan bahan perangsang
e.         Memberikan bimbingan belajar
f.          Mendorong unjuk kerja
g.         Memberikan balikan informatif
h.         Menilai unjuk kerja
i.           Meningkatkan retensi dan alih belajar

2.4  Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar

A.       Strategi pembelajaran daya ingat
       Salah satunya adalah dengan Pembelajaran verbal. Pembelajaran verbal Adalah pembelajaran kata-kata (atau fakta yang diungkapkan dalam kata-kata). Dalam banyak studi, misalnya siswa diminta mempelajari daftar kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.
Ada tiga jenis tugas pembelajaran verbal yang biasanya dilihat diruangan kelas seperti:
a.       Pembelajaran pasangan-berkaitan (paired-associate learning)
 Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota pasangan ketika diberikan anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh pendidikan tugas pasangan-berkaitan meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama dan tanggal perang saudara, table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.
Dalam pembelajaran pasangan-berkaitan, siswa harus menghubungkan tanggapan dengan masing-masing rangsangan. Misalnya, kepada siswa tersebut diberikan gambar tulang (rangsangan) dan harus menjawab tulang kering, atau diberikan symbol Au dan harus menjawab emas. Salah satu aspek penting pembelajaran rangsangan berkaitan ialah tingkat pengenalan yang telah dimiliki siswa dengan rangsangan dan tanggapan tersebut.
Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu mengingat hubungan. Salah satu metode kuno untuk meningkatkan daya ingat dengan menggunakan gambaran ialah penciptaan cerita-cerita untuk menggabungkan informasi. Misalnya gambar-gambar dari mitos yunani dan sumber-sumber lain yang telah lama digunakan untuk membantu orang mengingat peta bintang.

b.      Pembelajaran serial (serial learning)
Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan tertentu. Penghafalan not dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur dalam susunan berat atom, dan puisi serta lagu adalah tugas-tugas pembelajaran serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam pengajaran di ruang kelas dari pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.

c.       Tugas pembelajaran ingatan bebas (free-recall learning)
Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam urutan khusus. Mengingat nama ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenis-jenis rangsangan, jenis-jenis penggalan baris puisi, dan system organ dalam tubuh adalah tugas-tugas ingatan bebas.

B.       Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar
a.       Membuat Catatan
Strategi studi umum yang digunakan dalam membaca maupun dalam belajar dari pengajaran dikelas ialah membuat catatan. Pembuatan catatan dapat efektif untuk jenis bahan tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan gagasan-gagasan utama dalam  pikiran, karena seseorang mengambil keputusan tentang apa yang harus ditulis. Namun efek pembuatan catatan ditemukan tidak selalu konsisten. Efek positif paling mungkin diperoleh apabila pembuatan catatan digunakan untuk bahan konseptual yang rumit dimana tugas yang sangat penting ialah mengindentifikasi gagasan-gagasan utama. Juga, pembuatan catatan yang memerlukan pengolahan mental akan lebih efektif dari pada sekedar menuliskan apa yang dibaca. Misalnya Bretzing dan Khulhavy menemukan bahwa membuat catatan paraphrase (menyebutkan gagasan utama dengan kata-kata yang berbeda) dan membuat catatan sebagai persiapan untuk mengajarkan bahan tersebut kepada orang lain adalah strategi pembuatan catatan yang efektif, karena hal itu meminta tingkat pengolahan mental yang tinggi tentang informasi tersebut.
 Salah satu sarana yang kelihatannya efektif untuk meningkatkan nilai pembuatan catatan siswa ialah agar guru menyediakan catatan sebagian sebelum pengajaran atau membaca, dengan memberi siswa kategori-kategori untuk mengarahkan pembuatan catatan mereka sendiri. Beberapa studi telah menemukan bahwa praktik ini meningkatkan pembelajaran siswa.


b.      Menggaris bawahi
Barangkali strategi studi yang paling umum ialah menggarisbawahi atau memberi stabilo. Namun, riset tentang penggarisbawahan pada umumnya menemukan sedikit manfaat. Persoalannya ialah bahwa kebanyakan siswa tidak berhasil mengambil keputusan tentang bahan mana yang dianggap penting dan benar-benar menggarisbawahi terlalu banyak. Ketika siswa diminta menggarisbawahi satu kalimat dalam masing-masing paragraph yang merupakan yang terpenting, mereka malah mengingat lebih banyak, barangkali karena untuk memutuskan mana kalimat yang penting diperlukan tingkat pengolahan yang lebih tinggi.

c.       Meringkas
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat singkat yang menggambarkan gagasan utama informasi yang sedang dibaca. Keefektifan strategi ini bergantung pada bagaimana hal itu digunakan. Salah satu cara yang efektif ialah meminta siswa menuliskan ringkasan satu kalimat setelah membaca masing-masing alenia. Cara lainnya ialah meminta siswa menyiapkan ringkasan yang dimaksudkan untuk membantu orang-orang lain mempelajari bahan tersebut-sebagian karena kegiatan ini memaksa orang yang meringkas untuk singkat dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apa yang penting dan apa yang tidak. Namun, penting dicatat bahwa beberapa studi tidak menemukan efek ringkasan, dan dalam kondisi apa strategi ini meningkatkan pemahaman atau daya ingat tentang bahan yang ditulis tidak dipahami dengan baik.
d.      Menulis untuk belajar
Makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan bahwa, dengan meminta siswa menjelaskan secara tertulis isi yang mereka pelajari, mereka akan tentu memahami dan mengingatnya. Misalnya meminta anak kelas enam dalam suatu pelajaran pengetahuan alam tentang keadaan zat menuliskan pemahaman mereka tentang konsep dalam beberapa unit tersebut. Kelompok yang menulis tersebut mengingat jauh lebih banyak hingga ujian. Studi ini dan yang lainnya menemukan bahwa tugas penulisan yang terfokus membantu anak-anak mempelajari isi yang sedang mereka tuliskan.
e.       Membuat garis besar dan memetakan
Kelompok strategi studi terkait memerlukan siswa menggambarkan bahan yang dipelajari dalam bentuk kerangka. Strategi ini meliputi pembuatan garis besar, jejaring dan pemetaan. Garis besar menyajikan butir-butir utama bahan tersebut dalam format herarkis, dengan masing-masing penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang lebih tinggi.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.       Pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah teori ini akan membantu kita untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik, mengerti kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengetahui hal-hal yang dapat menghambat dan memperlancar proses belajar peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih bijaksana dan tepat dalam menentukan proses belajar.
b.      Ada banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pemrosesan informasi yaitu Robert M Gagne, B. Pandangan Slavin, Ausubel, dan Zigler dan STevenso.
c.       Diagram pemrosesan informasi terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Memori Inderawi (MI),Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka  Panjang (MJPj) atau long-term memory
d.      Strategi pembelajaran daya ingat terbagi menjadi 3 yaitu: Pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial, dan pembelajaran ingatan bebas. Sedangkan strategi yang membantu siswa dalam belajar terbagi menjadi 5 yaitu: membuat catatan, menggarisbawahi, meringkas, menulis untuk belajar, serta membuat garis besar dan memetakan





3.2 Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.























LAMPIRAN
Diagram pemrosesan Informasi.


3 komentar: