PEMBAHASAN
A.
KONDISI PENDIDIKAN SEBELUM KEMERDEKAAN
Dalam makalah ini akan mengkaji
kondisi pendidikan sebelum kemerdekaan, kondisi pendidikan periode 19945-1969
serta kondisi pendidikan pada PJP I (1969-1983)
a)
Zaman Purba
Latar Belakang Sosial Budaya :
Kebudayaan yang berkembang pada
penduduk asli disebut kebudyaan paleolitis, kebudayaan nenek moyang bangsa
indonesia pada kurang lebih 1500 SM disebut kebudayaan neolitis, yang
sisa-sisanya dapat kita jumpai di pedalaman Kalimatan dan Sulawesi, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Tergolong kebudayaan Maritim
b)
Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
c)
Tata masyarakat bersifat egaliter
d)
Tidak ada stratifikasi sosial yang tegas
e)
Hidup bergotong royong
f)
Dipimpin oleh ketua adat
Kondisi Pendidikan :
Pada zaman ini pendidikan
bertujuan agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup
bermasyarakat. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap,keterampilan
mengenai keagaman, hidup bermasyarakat dan keterampilan mencari nafkah.
b) Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
Latar Belakang Sosial Budaya :
Dengan masuknya pengaruh
kebudayaan india. Mulai muncul staratifikasi sosial berdasarkan kastaPada abad ke-5
Masehi telah dimulainya zaman sejarah, hal ini ditandai dengan ditemukannya
tulisan tertua
Kondisi Pendidikan :
Tujuan pendidikan umunya agar
peserta didik menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat
sesuai tatanan masyarakat yang berlaku saat itu, mampu membela diri dan membela
negara.
c)
Zaman Kerajaan Islam
Latar Belakang Sosial Budaya :
Pada pertengahan abad ke-14, kota
Bandar Malaka ramai dikunjungi para saudagar dari Asia Barat dan Jawa
(Majapahit). Melalui para saudagar dari jawa yang memeluk agama islam maka
tersebarlah agam islam ke pulau jawa sampai berdirilah kerajaan-kerajaan islam.
Umumnya masyarakat tidak menganut stratifikasi sosial berdasarkan kasta.
Kondisi Pendidikan :
Pada umumnya pendidikan bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang taqwa kepada Allah SWT. Selain dalam keluarga,
pendidikan berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan yaitu mesjid, dan
pesantren. Kurikulum pendidikannya tidak tertulis. Pendidikan berisi tentang
agama islam.
d)
Zaman Pengaruh Portugis dan Spayol
Latar Belakang Sosial Budaya:
Pada awal abad ke-16 bangsa
portugis datang ke Indonesia, kemudian disusul oleh bangsa spayol, selain untuk
berdagang, kedatangan mereka juga bertugas menyebarkan agama katolik.
Kondisi Pendidikan :
Tahun 1536 Portugis dan Spanyol mendirikan sekolah
di Ternate dan Solor. Pendidikan diberikan bagi anak-anak masyarakat terkemuka.
e)
Zaman Kolonial Belanda
Latar Belakang Sosial Budaya:
Bangsa Belanda datang ke negeri
kita pada tahun 1596 dan mendirikan VOC dengan tujuan menguasai daerah untuk
berdagang, juga untuk menyebarkan agama protestan. Karakteristik kondisi sosial
budaya pada zaman ini, antara lain :
a)
Berlangsungnya penjajahan(Kolonialisme)
b)
Monopoli perdagangan
c)
Stratifikasi Sosial berdasarkan ras atau suku bangsa
Kondisi Pendidikan :
Kondisi pendidikan zaman ini
secara umum dapat dibedakan berdasarkan garis pelaksanaan penddidikannya, yaitu
pendidikan yang dilaksankan oleh pemerintah kolonial Belanda dan pendidikan
yang dilaksnakan oleh kaum pergerakan
1.Pendidikan
Pemerintahan Kolonial belanda: Zaman VOC
Pendidikan dilakukan oleh VOC
khusus untuk anak-anak pegawai saja.
2.Pendidikan
Pemerintahan Kolonial belanda
Pendidikan pada zaman ini mengecewakan bangsa Indonesia.Dalam periode
pemerintahan kolonial Belanda, betapa kecilnya usaha-usaha pendidikan bagi
kalangan Bumi Putera. Tilaar (1995) mengemukakan 5 ciri mengenai pendidikan
zaman kolonial Belanda, yaitu
1.
Adanya Dualisme pendidikan
2.
Sistem Konkordansi
3.
Sentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintahan
kolonial Belanda
4.
Menghambat gerakan nasional
5.
Munculnya perguruan swasta yang militan demi perjuangan
nasional
3.Pendidikan
Kaum Pergerakan sebagai Sarana Perjuangan Kemerdekaan
Sejak Kebangkitan Nasional (1908)
sifat perjuangan rakyat Indonesia dilakukan melalui berbagai partai dan
organisasi. Usaha-usaha dalam bidang pendidikan tampak jelas. Berikut adalah
contoh perjuangan tersebut:
§
Tahun 1908 Budi Utomo dalam konggresnya yang
pertama (3-4 Oktober 1908) dengan tujuan memajukan pengajaran, pertanian,
perdagangan, dagang, teknik industri, dan kebudayaan.
§
Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah
§
Tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo,dan
terwujudnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
§
Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan
Perguruan Taman Siswa
§
Tahun 1926 Mohmmad Sjafei mendirikan INSdi
Kayutanam.
§
Juli tahun 1927 dalam pidato pembelaanya Bung
Hatta di pengadilan Den Haaq
§
Kongres Pasundan pada tahun 1930 juga
menempatkan pendidikan dan pengajaran sebagai salah satu sarana utama
perjuangannya.
§
November tahun 1937 dalam kongres ke-26
Persatuan Guru Indonesia (PGI) di Bandung dirumuskan supaya diadakan wajib
belajar
Terdapat 3
ciri pendidikan nasional pada masa ini (Tilaar,1995), antara lain:
1.
Bersifat Nasionalistik dan sangat anti kolonialis
2.
Berdiri sendiri
3.
Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta
f.
Zaman jepang
Keadaan sosial budaya pada kekuasaan jepang sangat menyengsarakan rakyat.
Mereka datang untuk merampas kekayaan indonesia. Menerapkan semboyan “hakko
ichiu” atau “kemakmuran bersama” Asia timur raya. Penerapan kekuasaan jepang
dalam bidang pendidikan yaitu:
1. Tujuan
dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang asia timur
2. Dihapuskannya
sistem dualisme dalam pendidikan
3. Sistem
pendidikan menjadi lebih merakyat
Kondidi
pendidikan 1945 – 1969
Setelah proklamasi 18 agustus 1945
PPKI menetapkan UUD 1945 pendidikan mulai disempurnakan. Berjalannya revolusi
fisik, pemerintah mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional UUD 1945. Pada
kongres pendidikan, PP dan K membentuk panitia RUU mengenai pengajaran dan
pendidikan karena terganggu pecahnya perang kolonial kedua pembahasan RUU
terhenti dan dilanjutkan 29 oktober 1949. Pada 5 april 1950 RUU tersebut
digunakan sebagai UU No. 12 tahun 1950 tentang dasar dasar pendidikan dan
pengajaran disekolah. Pada 27 jauari 1954 diterima oleh DPR lalu disahkan 12
maret 1954 dan diundangkan pada 18 maret 1954 sebagai UU No. Tahun 1954.
Peletakan dasar
pendidikan nasional
Pada saat konverensi meja bundar terbentuklah RIS pada tahun 1949 yang
memberlakukan UUD RIS. Pada saat RIS kembali ke NKRI, UUD RIS diganti dengan
UUD sementara RI atau UU No.7 tahun 1950. Setelah pemilu 1959 konstitute gagal menyusun UUD, maka pada 5
juli 1959 keluarlah dekrit presiden menyatakan bangsa dannegara kesatuan
republik indonesia kembali pada UUD 1945. Meski terjadi pergantian bentuk dan
kostitusi negara, pendidikan nasional indonesia tetap dilaksanakan sesuai jiwa
UUD 1945 dan UU RI No. 4 tahun 1950 de facto digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan seluruh NKRI. Hal ini tertuang
dalampiagam persetujuanpemerintah RIS dan pemerintah RI tanggal 19 mei 1950.
Pada 27 juni 1954 DPR menerima RUU tersebut, disahkan 12 maret 1954, berlaku
pada 18 maret 1954 sebagai UU RI No. 12 tahun 1954.
Demokrasi
pendidikan
Sesuai amanat UUD1945 dan UURI No.4 tahun 1950, meski menghadapi
kesulitan pemerintah mengusahakan terselenggaranya pendidikan yang bersifat
demokratis, yaitu kewajiban belajar sekolah dasar bagi anak berumur 8 tahun.
Wajib belajar ini direncanakan selama 10 tahun (1950-1961). Namun pelaksanaan
ini mengalami maslah karena kekurangan guru dan jumlah sekolah maka berdasarkan
keputusan mentri pendidikan No. 5033/F tanggal 5 juli 1950 didirikanlah kursus
pengajar untuk kursus pengantar kepada kewajiban belajar (KPKPKB). Mulai saat
ini demokrasi pendidikan tampak sudah dikerjakan. Selanjutnya KPKPKB
ditingkatkan menjadi SGB dan SGA, selain itu didirikan kursus-kursus persamaan
SGB dan SGA.
Lahirnya LPTK
pada tingkat universiter
Pada tahun 1949-1961 pemerintah
indonesia telah mendirikan berbagai perguruan tinggi antara lain: UGM (20
November1949), UI (1950), universitas Airlangga (1954), Universitas Hasanudin,
PTPG yang kemudian menjadi IKIP (1954-1961), Universitas Andalas (1956) dan
universitas sumatra utara Medan. Pada tanggal 4 Desember 1961 lahir UU No.22
tahun 1961 tantang perguruan tinggi. Pokok-pokok dalam UU ini yang masih
diterapkan adalah tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan/pengajaran, penelitian,
pengabdian pada masyarakat.
Kondisi
pendidikan pada PJP I 1969-1993
Pembangunan jangka pertama, meliputi I-V pelita selama 25 tahun. Selama
itu indonesia banyak kemajuan. Hal ini ditunjukkan pada kesempatan memperoleh
pendidikan pada semua jalur, jenis, dan meningkatnya berbagai sarana
pendidikan. Ketika pelita V berakhir, pendidikan nasional dihadapkan pada
tantanga, secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif yaitu tantangan
yang di hadapi menyangkut pemerataan kesempatan untuk memperoleh khususnya
pendidikan dasar. Sementara tantangan yang dihadapi secara kualitatif yaitu
peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi pendidikandengan
pembangunan, efektivitas, dan efisiensi pendidikan.
UU tentang
sistem pendidikan nasional
Dalam membangun sistem pendidikan nasional, keberadaan UU No.2 tahun 1989
sistem pendidikan nasional (UUSPN) merupakan acuan penting. UUSPN yang disahkan
pada 27 maret 1989 mengatur berbagai aspek dan bidang pendidikan.sebagai
penjabarannya, disahkan pula 8 peraturan pemerintahan yang merupakan penjabaran
dari UU tersebut. PP yang dimaksud adalah PP No.27/1990 tentang pendidikan
prasekolah, PP No.28/1990 tentang pendidikan dasar, PP No.29/1990 tentang
pendidikan menengah, PP No.30/1990 tentang pendidikan tinggi (yang kemudian
diganti dengan PP No.60/1999), PP No.72/1991 tentang pendidikan luar biasa, PP
No.73/1991 tentang pendidikan luar sekolah, PP No.38/1992 tentang tenaga
kependidikan, dan PP No.39/1992 tentang peran masyarakat dalam pendidikan
nasional.
Taman kanak
kanak
Sejak pelita I – V, pendidikan di TK
mengalami pengembangan yang ditandai dengan jumlah anak didik, guru, dan
sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya orangtua semakin menyadari pentingnya pendidikan prasekolah
untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan guna
memasuki sekolah dasar.
Pendidikan dasar
Prestasi indonesia dalam pemerataan
kesempatan tingkat sekolah dasar melalui jalur pendidikan sekolah dan luar
sekolah termasuk sangat cepat. Namun keberhasilan tersebut mengalami berbagai
kendala yaitu masih tingginya angka putus sekolah dan angka tinggal kelas.
Selain itu mutu pendidikan sekolah dasar belum begitu tinggi. Begitu pula pada
SLTP, untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia indonesia hingga minimal
berpendidikan SLTP maka pada 2 mei 1994 program wajib blajar sembilan tahun
dicanangkan.
Pendidikan
menengah
Pada jenjang SLTA, selama PJP I,
terjadi kenaikan 0,7 juta pada awal pelita I menjadi 4,1 juta siswa. Persoalan
yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu lulusan yang
terutama diukur dari kesiapan untuk memasuki ke jenjang pendidikan tinggi. Dan
SMK 370ribu lulusan yang sebagian besar turun ke dunia kerja. Namun dalam
kenyataannya, hanya sebagian kecil lulusan SMK yang benar benar siap dalam
dunia kerja. Karena selama ini pendidikan di SMK belum relevan dengan dunia
kerja. Pada tahun 1995/1996 di SMK mulai dikembangkan model Pendidikan Sistem
Ganda (PSG). Untuk memberi modal kesiapan kepada siswa SMK dalam dunia kerja.
Pendidikan
tinggi
Pada akhir pelita V, jumlah seluruh
mahasiswa di indonesia mencapai 2,2 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak
650.000 mahasiswa berada di perguruan tinggi negri(PTN). Dan selebihnya berada
di perguruan tinggi swasta (PTS) jumlahnya lebih dari 1000 mahasiswa. Baik PTN
maupun PTS sama sama menghadapi tantangan mengenai masih rendahnya proporsi
mahasiswa yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA, sementara sebagian besar
mahasiswa berada pada jurusan ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Tantangan
selanjutnya adalah tingginya jumlah mahasiswa yang lambat dalam menyelesaikan
studi dan masih rendahnya rata-rata tingkat pendidikan dosen.
Pendidikan luar
sekolah
Pembangunan pendidikan luar sekolah
diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan jangkauan kejar
paket A. Setelah pelita V, diperkirakan 5,3 juta warga masyarakattelah
dibebaskan dari buta huruf, dan dari jumlah tersebut sebanyak 75% adalah
wanita. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah masyarakat yang buta huruf.
Tantangan,
kendala, dan peluang
Berdasarkan perkembangan pendidikan
selama PJP I yang didirikan pada pelita V, ada sejumlah tantangan yang dihadapi
oleh pembangunan pendidikan indonesia pada masa-masa selanjutnya, yaitu:
a. Belum
mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur ekonomi dari pertanian
tradisional ke industri dan jasa
b. Masih
rendahnya relevansi pendidikan
c. Msih
rendah dan belum merstsnys mutu pendidikan
d. Masih
tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas
e. Masih
banyak usia 10 tahun mengalami buta huruf
f. Masih
kurangnya peran serta dunia usaha dalam pendidikan
Disamping tantangan, terdapat kendala yang dihadapi dalam meningkatkan
kinerja pendidikan nasional yaitu:
a. Kemiskinan
dan keterbelakangan
b. Terbatasnya
jumlah guru yang bermutu
c. Terbatasnya
sarana dan prasarana
d. Menejemen
pendidikan yang belum terarah
Adapun peluang yang dimiliki pendidikan nasional ialah
a. Wajib
blajar 6 tahun yang memberikan landasan bagi pelaksanaan wajib blajar
pendidikan dasar sembilan tahun
b. Semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
c. Semakin
luasnya sarana komunikasi
d. Semakin
tersebar luasnya lembaga pendidikan negri maupun swasta
e. Adanya
UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional yang memberikan landasan yang
kokoh bagi pendidikan nasional
Aliran Pendidikan di Indonesia
A.
MUHAMMADIYAH
Latar belakang
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai
Ahmad Dahlan. Beliau lahir Thun 1868 di Yogyakarta dan meninggal pada tahun
1923. Dan untuk memperluas pengalamnnya K.H Dahlan menasuki organisasi Budi
Utomo,Syarikay Islam, Jamiyah Khoriyah.
Karena pendidikan belanda tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia maka
pada tanggal 18 November 1912 K.H Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi
Muhammadiyah di Yogyakarta.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki asas:
1. Gerak
amalnya; Islam;
2. Tujuannya
: mewujudkan masyarakat islam yang sebenarnya;
3. Perjuangannya
: dakwah islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan;
4. Usahanya
: semua bidang kegiatan dan kehidupan
Tujuan Muhammadiyah yaitu
meluaskan dan mempertinggi pendidikan agama islam secara modern.
Dasar atau asas
pendidikan
Dasar pendidikan Muhammadiyah adalah Kemasyarakatan, Tajdid, pembaharuan
Aktivitas, Kreativitas dan Optimisme.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah
membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri
sendiri dan berguna bagi masyarakat.
Penyelenggarakan
Pendidikan
Untuk mencapai tujuannya Muhammadaiyah mendirikan sekolah-sekolah
rumah-rumah yatim piatu-miskin, rumah sakit dan poliklinik untuk memelihara
kesehatan rakyat.
Pada zaman Belanda Muhammadiyah mempunyi bagian-bagian sekolah :
Taman Kanak-kanak(busthanul atfal) Inheemse
Mulo
Sekolah
kelas II Normaalschool
Sekolah schakel Kwekschool
HIS HIK
MULO AMS
Sekolah sekolah
agamanya
·
Ibtidaiyah
·
Tsanawiyah
·
Diniyah
·
Mu’allimin/muallimat
·
Kulliyatul Mubaligin
Pada tahun 70-an sekolah-sekolahnya berjumlah ±6000buah dan Muhammadiyah
memiliki 17 universitas dan 43 akademi. Sampai saat ini Muhammadiyah terus
berjuan dan berkembang dalam rangka mencapai cita-citanya.
B.
TAMAN SISWA
Latar belakang.
Taman Siswa didirika oleh Ki
Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Beliau lahir pada
tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan meninggal pada tanggal 26 April 1969.
Latar belakang berdirinya dapat
dilihat dari riwayat hidup Ki Hadjar Dewantara, yaitu Beliau suka bergaul
dengan rakyat jelata dan berjuang di bidang politik, namun karena kejamnya
pemerintah Belanda dan supaya kepentingan bangsa menjadi lebih efektif maka
pada tahun 1921 Ki Hadjar Dewantara meninggalkan jalur politik dan berjuang di
jalur Pendidikan dan pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta beliau Mendirikan
Perguruan Nasional Taman siswa.
Dasar atau Asas Pendidikan. Ki Hadjar
Dewantara menggunakan tujuh asas yang dikenal dengan Asas Taman Siswa 1922.
Asas tersebut yaitu :
1. Hak
seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat tertibnya
kehidupan.
2. Pengajaran
berarti mendidik untuk menjadi manusia yang merdeka
3. Pendidikan
hendaknya berasaskan kebudayaan sendiri
4. Pendidikan
harus diberikan kepada masyarakat umum.
5. Bekerja
menurut kekuatan sendiri.
6. segala
belanja mengenai usaha kita harus dipikul
7. Menyerahkan
diri untuk berhamba kepada Sang Anak
Pada tahun 1947 Asas Taman siswa di ubah menjadi Panca Dharma Taman
siswa, yaitu sebagai berikut :
1. Kebebasan
atau Kemerdekaan
2. Kebudayaan
3. Kodrat
alam
4. Kebangsaan
5. Kemanusiaan
Tujuan
Pendidikan.
Tujuan pendidikan itu ialah kesempurnaan hidup lahir batin sebagai
satu-satunya untuk hidup ataupun sebagai anggota masyarakat.
Penyelenggarakan
Pendidikan
Berdirinya Perguruan Taman siswa dimulai dengan dibukanya Taman Lare
untuk anak dibawah umur 7 tahun
Tahun berikutnya dibuka Taman Anak untuk umur 7-9 tahun;Taman Muda untuk
umur 10-13 tahun, dan kelas masyarkat;Taman Dewasa; Taman Madya ; Taman Guru;
dan Taman Ilmu. Taman Guru meliputi : Taman Guru B I; Taman Guru B II; Taman
Guru B III (terdiri atas bagian A untuk ilmu pasti dan B untuk ilmu budaya),
selain itu juga diselenggarakan Taman Guru Indria.
C. INSTITUT NASIONAL SJAFEI (INS) KAYUTANAM
Latar Belakang
latar belakang lahirnya konsep dan praktik pendidikan INS antara lain
bahwa Moh. Sjafei sejak kecil telah dididik oleh Ibu dan Bapaknya, yaitu
Chalijah dan Marah Soetan dengan menceritakan karya-karya orang besar di dunia.
Moh. Sjafei sejak tahun 1922 telah menunjungi Bung Hatta di negeri Belanda.
Beliau berkumpul bersama-sama di organisasi mahasiswa “Perhimpunam Indonesia”
yang bertekad berjuang memajukan bangsa dan memerdekakan negara Indonesia dari
penjajahan Belanda. Sepulang dari Belanda, Moh. Sjafei langsung terjun berjuang
mewuudkan dan melaksanakan cita-citanya di Kayu Tanam Sumatera Barat, pada
tanggal 31 Oktober 1926 beliau mendirikan sebuah sekolah yang di beri nama
Indonesisch Nederland School (INS). Pada tahun 1950 kepanjangan NIS di ubah
menjadi Indonesian Nasional School, dan selanjutnya menjadi Institut Nasional
Sjafei.
Dasar Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan Ag. Soejono (1979) pada awal didirikannya INS
mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut :
1. Berfikir
secara logis atau Rasional.
INS
mementingkan berfikir secara logis sebab menurut kenyataan, dalam masyarakat
Indonesia saat itu masih banyak yang berfikir secara mistik.
2. Keaktifan
dan Kegiatan.
INS
menggunakan banyak keaktifan anak dalam pengajaran, latihan skill dan pendidikan agar anak bekerja
baraturan dan intensif.
3. Pendidikan
Kemasyarakatan
Sesuai
dengan sifat indonesia maka di INS diberikan banyak kesempatan bekerja sama.
4. Memperhatikan
bakat anak
Anak
yang ternyata pandai dan mempunyai banyak kesanggupan dalam sesuatu mata pelajaran,
mendapat pendidikan lebih lanjut dan mendalam untuk menyempurnakan bakat,
hingga ia dapat menjadi ahli dalam vak itu.
5. Menentang
Intelektualisme
Tambahan
usaha untuk menjauhkan intelektualisme dari INS sebagai berikut :
a. Pendidikan
kebenaran benar-benar diperhatikan
b. Rasa
tanggung jawab dikembangkan melalui berbagai keaktifan, agar anak didik berani
berdiri sendiri.
c. Perasaan
keagamaan diberi kesempatan berkembang luas dan bersih jauh dari kepicikan dan
kekolotan.
Setelah Indonesia merdeka, Dasar pendidikan INS dikembangkan Moh. Sjafei
menjadi Dasar-dasar pendidikan Indonesia (CSIS, 1979) sebagai berikut :
1. Ketuhanan
Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan
3. Kesosialan
4. Kerakyatan
5. Kebangsaan
6. Gabungan
antara pendidikan umum dan kejuruan
7. Percaya
pada diri sendiri di sebelah pada Tuhan
8. Berakhlak
(bersusila) setinggi mungkin , dan lain-lain.
Tujuan
pendidikan INS
Tujuan pendididkan INS Kayutanam sebagaimana di kemukakan oleh Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (1994) adalah sebagai berikut :
1. Mendidik
rakyat ke arah kemerdekaan
2. Memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik
para pemuda agar berguna untuk bermasyarakat
4. Menanamkan
kepercayaan
5. Mengusahakan
mandiri dalam pembiayaan
Penyelenggaraan
Pendidikan
Beberapa usaha yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayutanam yang dalam
bidang kelembagaan antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan,
seperti Ruang Rendah (7 tahun,setara sekolah dasar), Ruang Dewasa (4 tahun
sesudah Ruang Rendah, setra sekolah menengah), dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar